Sabtu, 17 Desember 2011

Hariku Harimu

hari demi hari kulalui denganmu
disaat ku ringkih kau selalu ada untukku
senyum dan tawa
mempesona hidupku
menggenangi fikiranku, buat mu bahagia

air mata ini mengenang cerita
indah bersamamu lukiskan dalam hati
ku tunggu dirimu sepenuh hatiku
janji kita kan membuat bersatu
namun takkan lelah , menanti kau kembali
jarak dan waktu begitu lama berlalu
senyummu menyentuh batinku,
hariku dan harimu , yakinkan kau kembali
disinii..

walau hati terluka ku kirimkan do'a
suatu saat nanti kita kan bersama lagi
jangan kau lupakan kenangan bersamaku
simpan dalam hati , ungkapkan dalam rindu

Cobalah mengerti

Dengarkan aku,
perkataanku yang terakhir dari hatiku
Kau akan pergi tinggalkan aku
Tinggalkan semua kenangan kita
Dan rasa ini slalu tersimpan
Untuk dirimu tang selalu ada di hatiku

Pejamkan matamu
dan peluklah diriku untuk yang terakhir kali kau berikan untukku
dan cobalah mengerti
apa yang kurasakan saat ini ku tak ingin kau pergi

Kupu kupu hitam

Kupu kupu hitam

Setitik embun mengawali pagi bernalar putih menuju terang
Biasan terik terlihat halus harum udara menusuk fikiran
Harapan kembali hadir menggugah nyawa untuk berpijak
Sedikit tertatih menjadi harapan semu
Cahaya semakin terik matahati menggores kulit
Terbesit ia berkata berkeringat lebih baik dari pada menangis
Kupu-kupu hitampun mencari harapan,berjuang untuk hidupnya

hilang tanpa harapan

langkahkan kaki walau berat melangkah kan ku lalui
dan hadapi hari walau tertatihkan tetap ku hadapi
mudah bagimu tuk hapuskan
semua rasa yang pernah terlewatkan
namun takpernah kau rasakan perasaanku

tanpa dirimu
kini senakin jauh hilang dari hadapanku
(membekas dalam hidupki)
dan kini hilang harapku untuk dapatkan dirimu
(untuk dapatkan dirimu)

langkahkan kaki walau berat melangkah kan ku lalui
(kan kulalui )
dan hadapi hari walau tertatihkan tetap ku hadapi((kan kuhadapi)
mudahbagimu tuk hapuskan
semua rasa yang pernah terlewatkan
namun takpernah kau rasakan perasaanku tanpa dirimu

amarah dendam kebencian

kesepian hati yang tak berhenti
membuatku ingin terus berlari
terlukis semua beban disini
berharap semua akan berakhir
tetes air mata yang telah terjatuh
takmampu membuatmu kembali
nafas kebencian yang kini dating
dan takkan menghilang
takan pernah terlupakan semua yang tersisa
takan pernahaku bisa untuk lupakanya
amarah dendam yang tersisa takhenti menghantui
menyisakan tangisan tertawa kebencian

Tentukan Mimpi

 Tentukan mimpimu yang telah hilang
Melangkah wujudkan sebuah harapan
Terus berlari tegar tuk berdiri
Yakinlah dalam hati kecil kita
dan buatlah satu tujuan
berdiri babaskan dirimu
melangkah janganlah kau ragu
yakinlah kita tak bermimpi
kita jalani hari-hari ini dengan berani

Jumat, 16 Desember 2011

Sinopsis cerita si pitung

Cerita ini mengisahkan sebuah keluarga Betawi yang hidup dipinggiran kota. Udin adalah siswa kelas lima sekolah dasar. Dia adalah anak bungsu dari pasangan Pengki dan Aisyah. Dari hasil uang gusuran, Pengki memiliki rumah dan sebuah bengkel motor. Selain itu Pengki juga sering menjadi calo tanah. Gayanya kampungan dan dirinya sangat bangga menjadi orang Betai. Sedangkan Aisyah adalah ibu rumah tangga yang penuh dedikasi terhadap keluarganya.

Udin mempunyai seorang kakak perempuan yang bernama Romlah dan kakak sulung laki-laki yang bernama Duloh. Romlah baru duduk di kelas dua SMU. Sifatnya agak cuek dan sedikit ketus dalam berbicara, terutama kepada cowok-cowok yang mengodanya. Bahkan dia tidak segan-segan melayangkan tangannya, kalau ada cowok yang kurang ajar terhadapnya. Sedang-kan Duloh yang hanya tamatan STM memiliki sifat agak minderan. Sebab selain dia hanya bekerja sebagai salah satu montir pada bengkel Pengki, matanya memiliki kekurangan. Untuk dapat melihat, Duloh harus mengenakan kacamata yang cukup tebal.

Dari ketiga anak Pengki dan Aisyah, Udinlah yang memilik sifat sangat berbeda. Selain memiliki kecerdasan, Udin juga terkenal sebagai anak yang sangat kritis. Bahkan dia tidak sungkan-sungkan menegur atau memprotes orangtuanya, bila mereka melakukan hal yang dianggap Udin tidak patut atau tidak baik bagi dirinya. Pernah suatu hari Udin protes kepada Pengki yang telah memberi namanya itu. Sebab menurut Udin, nama yang diberikan bapaknya sangat kampungan dan membuat dirinya malu.
Udin juga membandingkan dengan nama teman-teman di sekolahnya yang bagus-bagus, seperti Joni, Edwin, Rendy dan lain-lain. Dalam hal itu Pengki berkilah kalau nama yang diberikannya itu sudah sangat batus, dan dia butuh waktu yang lama untuk menentukan nama tersebut sebelum Udin lahir. Bahkan Pengki membandingkan dengan namanya yang diberikan oleh kakek udin dan dikatakannya nama Udin jauh lebih baik daripada nama Pengki. Dia juga mengatakan kalau mereka harus menggunakan nama yang identik dengan nama-nama orang Betawi.

Kebanggaan Pengki sebagai orang Betawi memang sering diceritakannya kepada ketiga anaknya itu. Bahkan Pengki juga menanamkan agar anak-anaknya itu juga bangga sebagai orang Betawi. udin tidak sependapat karena dirinya sering diejek oleh kawan-kawannya yang mengatakan, kalau orang Betawi jama perang dulu bukannya perang melainkan berusaha mendapatkan tanah sebanyak-banyaknya. Makanya ketika sudah merdeka, orang Betawi kerjanya hanya menjual tanah. Bahkan Udin yang tahu kalau Pengki suka menjadi calo tanah, meminta agar bapaknya itu mau meninggalkan pekerjaan tersebut. Sebab hal itu juga menajdi bahan ledekan teman-temannya
Tentu saja Pengki tidak mau. Pengki malah berdalih kalau cuma orang Betawi sajalah yang pintar dalam hal jual-beli tanah. Pengki juga menyalahkan pernyataan teman-teman Udin yang mengatakan kalau orang Betawi tidak punya pahlawan perang. Dan dengan banggannya Pengki menceritakan tentang jagoan-jagoan Betawi tempo dulu yang sempat melawan kompeni. Jampang dan si Pitung adalah idola Pengki. Karena mereka adalah pahlawan yang melawan penjajah dan memiliki ilmu tinggi.
Pengki juga mengatakan kalau cincin si pitung yang memiliki kekuatan gaib yang hebat, masih dicari oleh banyak orang. Ucapan Pengki itu dianggap Udin sebagai sesuatu yang berlebihan. Udin menganggap hal tersebut hanyalah mitos belaka dan sesuatu yang takhayul. yang jelas bagi udin, orang Betawi belum terlihat keikut-sertaannya dalam membangun Negara ini.

Meskipun Udin tidak menyukai Pengki yang selalu membanggakan ke ”Betawi”an mereka, namun dia sendiri tidak bisa lepas dari kebiasaan anak-anak Betawi pada umumnya. Sepulang kuliah Udin selalu bermain burung dara dengan asesoris ketapel yang digantungkan di lehernya, layaknya anak Betawi tempo dulu.
Suatu ketika salah seekor burung daranya ada yang mati. Karena kebetulan yang mati itu adalah burung kesayangannya, maka Udin bermaksud untuk menguburkan bangkai burung tersebut. Ketika Udin menggali tanah, dia menemukan sebuah cincin perak yang bertatahkan batu akik. Semula Udin ingin membuangnya. Namun karena teringat akan cerita Pengki tentang si pitung, akhirnya cincin tersebut dikantonginya.
Pada malam harinya Udin iseng-iseng mencoba kesaktian cincin yang ditemukannya itu. Tetapi apa yang diharapkannya ternyata tidak terwujud. Sampai-sampai dia merasa malu kepada Romlah yang tanpa sengaja ditabraknya, ketika Udin mencoba gerakan salto yang diharapkan akan dibantu oleh cincin tersebut. Melihat tingkah Udin yang dianggapnya aneh itu, Romlah menjadi heran. Bahkan hal itu sempat diceritakan kepada kedua orang tuanya dan dikatakan kalau Udin jangan-jangan otaknya sudah mulai miring, akibat terobsesi oleh cerita si pitung yang dikatakan Pengki kepadanya.
Mendengar hal itu, Pengki langsung mendatangi kamar Udin. ternyata benar apa yang dikatakan Romlah. Pengki tanpa mengetuk pintu masuk kedalam kamar, langsung tertimpa tubuh Udin yang ternyata masih mencoba gerakan saltonya. Seketika itu juga Pengki marah-marah kepada Udin. Selain kesal karena badannya merasa sakit akibat tertimpa tubuh Udin. Pengki juga tidak suka melihat kelakuan anaknya seperti orang gila seperti itu. Untuk menutupi rasa malunya, Udin mengaku kalau dia sedang belajar silat agar menjadi seperti si Pitung. Mendengar itu Pengki pun menjadi bangga dan malah menyuruh Udin untuk meneruskan latihannya.
Sepertinya Pengki, Udin pun meringis menahan sakit disekujur badannya akibat dua kali jatuh. Dengan penuh emosi, Udin ingin melepaskan cincin yang dikenakannya itu. Tetapi ternyata cincin itu tidak bisa dilepaskan dari jarinya. Udin kelihatan kesal bercampur bingung. Pada saat itulah terjadi suatu keanehan didalam dirinya. Udin bicara diluar keinginannya dan suaranyapun lain dengan biasanya. Ternyata suara itu adalah suara jin yang berasal dari cincin yang dikenakannya itu. Jin itu mengatakan kalau dirinya adalah jin yang selallu menyelamatkan si Pitung, ketika cincin itu masih dikenakan oleh si Pitung

Jin itu akan selalu berada dalam cincin itu, kecuali kalau dirinya sedang diperlukan bantuannya. Dan pada saat menolong, maka orang yang mengenakan cincin itu akan berubah menjadi jin tersebut. Karena sudah lama mengikuti si Pitung, ujud jin itu sama persis dengan si Pitung baik dari bentuk tubuh maupun wajahnya. Dengan penuh penasaran, Udin berjalan ke lemari pakaian yang ada cerminnya. Dia meminta jin itu untuk memperlihatkan dirinya.
Seketika itu juga tubuh Udin berubah menjadi si Pitung. Dari pakaian yang dikenakannya, Udin yakin kalau jin itu benar-benar ilmu yang pernah dimiliki oleh si Pitung. Tetapi Udin sangat terkejut, ketika melihat sosok wajah jin tersebut. Sebab wajahnya tidak sama dengan si Pitung yang pernah digambarkan orang kepadanya. Wajah jin itu lucu bahkan lebih terlihat seperti orang blo’on.
Namun setelah jin itu memberikan alasan dan juga memperlihatkan kesaktiannya, akhirnya Udinpun mau percaya dengan apa yang dikatakan oleh jin tersebut. Jin itu juga berpesan bahwa Udin tidak perlu berteriak-teriak memanggil dirinya, ketika saat Udin membutuhkan pertolongan. Jin itu akan muncul hanya dengan merasakan perasaan atau jiwa Udin saja. Tetapi jin itu juga mengingatkan agar Udin tidak menceritakan tentang dirinya dan cincin yang dikenakan Udin tersebut. Sebab itu sama artinya Udin sudah bersikap sombong. Sifat sombong akan membuat kesaktian cincin dan jin itu akan pudar dan menghilang.

Dari sinilah cerita akan dikembangkan menjadi cerita komedi fantasi yang mengandung mitos kepahlawanan si Pitung. Meskipun Udin sudah memiliki kesaktian bersama jin  yang berada pada cincin yang dimilikinya, tetapi bukan berarti udin akan selalu luput dari bahaya sebab antara Udin dan jin tersebut, sering terjadi kesalah-pahaman yang mengakibatkan Udin menjadi celaka.